Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 2)
HIDUP DALAM PERTOBATAN ITU BAIK

HIDUP DALAM PERTOBATAN ITU BAIK

Tuntunan Tuhan bulan ini mengingatkan kita untuk memiliki iman seperti seorang anak kecil dan bertobat. Matius 18:3, “lalu (Yesus) berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Pengajaran keliru oleh para pendukung pengajaran kasih karunia yang overdosis (Hypergrace) adalah sekali selamat tetap selamat dan tidak perlu pertobatan setiap hari.

Dengan mengajarkan pertobatan dan TAKUT AKAN TUHAN berarti kita telah menebarkan ketakutan yang mengarah kepada legalisme (seperti para ahli Taurat), namun rasa takut tidak selalu memiliki arti dan dampak negatif.

Rasa takut justru mendorong kita untuk menjadi berhati-hati dan bijaksana di dalam menjalani kehidupan ini serta senantiasa melibatkan TUHAN dalam segala aspek kehidupan kita.

Setiap hari kita diperhadapkan dengan pilihan, ada dorongan kebutuhan dan kemauan yang senantiasa menghendaki sesuatu yang tidak selalu sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan ada nya takut akan Tuhan ada batas pengendalian diri seperti tali pelana pada seekor kuda. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki rasa takut cenderung hidup sembrono, hidup se enaknya karena merasa tidak ada sesuatu yang ditakuti akibatnya mereka cenderung hidup dengan kemampuan dan kehebatannya sendiri.

Takut akan Tuhan tidak perlu membuat kita menghindar atau menjauhi Dia, melainkan membuat kita lebih lagi berjalan bersama dengan Dia dan mengikuti kehendak-Nya.

Kehidupan Daud adalah contoh yang sangat baik untuk menjelaskan hal ini. Dalam banyak hal, Daud selalu menanyakan apa yang menjadi kehendak dan kemauan Tuhan untuk dia lakukan. Misalnya ketika berhadapan dengan musuh, maupun ketika hendak menyerang orang Filistin, Daud selalu menanyakan apa yang dikehendaki Tuhan untuk dia lakukan (1 Samuel 23).

Takut akan Tuhan membuat kita senantiasa mengoreksi diri serta hidup di dalam pertobatan setiap hari. Sangat keliru bila orang-orang yang hidup dalam kasih karunia yang overdosis, mereka mengatakan bahwa orang yang percaya kepada Yesus tidak perlu bertobat/mengakui dosa (lagi) serta memohon pengampunan dosa.

Ada beberapa ajaran para pendukung pengajaran kasih karunia overdosis yang keliru sehingga seseorang tidak perlu bertobat:
1. Tuhan telah mengampuni semua dosa kita,yaitu dosa masalalu,dosa masa kini, dan dosa masa mendatang. Allah tidak lagi melihat dosa apapun yang kita buat karena Ia melihat kita sudah sempurna dan kudus di dalam Anak-Nya.
2. Kasih Karunia mengalahkan segalanya, termasuk pentingnya pertobatan. Pertobatan menjadi tidak penting setelah seseorang mengalami kelahiran baru, karena seluruhnya telah dibayar oleh Yesus di kayu salib.
Jika orang yang sudah mengalami kelahiran baru berbuat dosa, maka dia akan berdoa seperti ini dihadapan Tuhan: “Terima kasih Tuhan, karena sekalipun saya berbuat dosa, saya tetap benar dan sempurna di hadapan-Mu.”
3. Bagi orang percaya yang sudah mengalami kelahiran baru, mengakui dosa dan memohon pengampunan adalah dosa, karena artinya meremehkan pengampunan yang sempurna melalui Salib Kristus.
4. Sekali selamat tetap selamat! Beberapa pengajar kasih karunia overdosis mengajarkan bahwa kalau kita berdosa, maka hanya tubuh kita yang berdosa. Tapi roh/jiwa kita tidak bisa berdosa karena kasih karunia (grace). Jadi hanya tubuh yang berdosa dan binasa/dihukum, tetapi roh dan jiwanya tetap selamat.

Sekalipun terlihat alasannya masuk akal (karena enak untuk kedagingan kita), namun pengajaran ini sangatlah tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab!

Mari kita pelajari apa yang dikatakan Alkitab:
1. Salib Kristus menyediakan keselamatan yang sempurna, untuk dosa masa lalu, dosa masa kini, termasuk dosa masa mendatang. Namun itu baru akan kita terima jika kita meminta pengampunan kepada Allah. Tuhan sudah menyediakan pengampunan, namun manusia tetap harus bertobat melalui pengakuan dosa; barulah pengampunan itu diberikan.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9

Secara faktual dan logika saja kita pasti sepakat bahwa dengan menjadi orang percaya tidak menjadikan kita orang yang kebal terhadap godaan dan daya tarik dosa. Berapa banyak kita saksikan dalam berita, baik di media cetak maupun di media sosial, bahkan para pemimpin gereja ada yang jatuh dalam godaan dosa, baik soal keuangan, seksual, dan yang lainnya. Apakah karena mereka sudah menerima kasih karunia bahkan sudah melayani sebagai pendeta, membuat Tuhan tidak melihat dosa mereka dan tetap kudus; tidak peduli dengan apapun yang telah mereka lakukan? Tentunya tidak!!

2. Benar bahwa Tuhan Yesus telah membayar lunas dosa kita, namun pertobatan setelah seseorang mengalami kelahiran baru (jika kita berbuat dosa) tetap penting bagi orang percaya. Buktinya, Roh Kudus berkata kepada jemaat di Efesus dalam Wahyu 2:5,
“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”
Kalau memang pertobatan setelah kelahiran baru tidak penting, mengapa Tuhan menyuruh jemaat di Efesus bertobat bahkan menegur mereka dengan keras serta memberikan sanksi yang berat apabila mereka tidak bertobat?

3. Bagi orang percaya yang sudah mengalami kelahiran baru, mengakui dosa dan memohon pengampunan bukanlah dosa! Mengakui dosa adalah kehendak Tuhan, dan jika kita taat melakukannya tentu hal tersebut menyukakan hati Tuhan. Dalam doa harian yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita (Doa Bapa Kami) kita diajar untuk meminta pengampunan kepada Tuhan setiap hari:
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;…” Matius 6:12

4. Tuhan melihat dan berurusan dengan keseluruhan pribadi seseorang, yaitu: Tubuh, jiwa, dan roh. Hal tersebut ditulis di 1 Tesalonika 5:22-23, yang berkata: “Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Oleh sebab itu kita tidak bisa berkata bahwa dosa hanya dikerjakan oleh tubuh kita! Dosa selalu melibatkan pikiran, perasaan dan kehendak.
TAKUT AKAN TUHAN ITU BAIK! Ada begitu banyak ayat di Alkitab yang mengajarkan kita untuk takut akan Tuhan, yaitu:
• Mazmur 112:1-2, “Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya, Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.”
• Mazmur 25:14, “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.”
• Amsal 14:27, “Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.”
• Amsal 22:4, “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.”
• 2 Korintus 7:1, “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”

Perhatikan: Bila seseorang tidak menjaga rasa takut akan Tuhan, ia akan mengeraskan hati nurani sehingga sulit bertobat. Orang yang tidak bertobat bisa kehilangan keselamatan.

MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 2)

MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 2)

Review minggu lalu :

Sesuai tuntunan gembala bulan ini dalam Matius 18:3-5, kita mau belajar bagaimana mengikut Tuhan dengan memiliki iman seperti seorang anak kecil.

  1. Bertobat dan diangkat menjadi anak-anak Allah.
  2. Merendahkan hati. 

 

Sambungan minggu ini :

Walaupun mengalami tantangan, penderitaan, gesekan atau melihat keadaan yang belum sesuai harapan, janganlah lari dari proses. Tetaplah percaya (memiliki iman seperti anak kecil) dan ucapkan syukur dalam segala hal. Jangan overthinking, bersandar kepada pikiran sendiri, menaruh curiga, menjadi kecewa dan menolak Tuhan. Iman diperlukan bukan sekedar untuk mendapatkan sesuatu tapi untuk tetap berpegang kepada firman Tuhan meskipun harus mengalami tantangan dan konsekuensi. Tuhan mau kita hidup dalam tujuan/rencanaNya; dan IA telah menetapkan langkah-langkah kita. Semua yang diijinkan terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari didikan dan rencanaNya yang ajaib demi kemuliaan NamaNya.

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).

Untuk dapat berjalan dengan iman yang murni seperti anak kecil, kita harus mau merendahkan hati untuk dididik oleh Bapa. Allah mendidik kita melalui proses untuk mengusir kebodohan serta membawa kita berjalan dalam tujuan dan rencanaNya.   

Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya (Amsal 22:15).

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:

”Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” 

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. 

Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:5-10).

3. Membuka pintu buat orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah. 

Pemuridan akan membuat hidup dan pelayanan kita efektif dalam membuka pintu Kerajaan Allah bagi orang lain. Pengenalan yang benar akan Allah dihasilkan dari pengalaman akan Dia dan firmanNya secara pribadi.  Tanpa proses didikan dan pengenalan yang benar akan Allah, kita bisa tersesat dan menyesatkan orang lain yang mau datang kepada Yesus. Keadaan ini seperti orang buta menuntun orang buta dan keduanya akan jatuh ke dalam lobang. 

Bagaimana kita bisa menjadi terang dan garam, menjadi saksi Kristus, kalau kita sendiri tidak memiliki iman seperti anak kecil dan hidup dalam kebenaran.

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. (Matius 18:6-8)

Rasul Paulus mengingatkan anak rohaninya, Timotius, untuk mengawasi dirinya sendiri dalam pengikutannya akan Kristus, agar tidak menyesatkan jemaat yang dipimpinnya. Bukan berarti Timotius sudah sempurna dan tidak pernah melakukan kesalahan, tapi agar dia bertekun dalam iman yang murni, dalam ketaatan, kerendahan hati dan senantiasa hidup dalam pertobatan.

Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Timotius 4:16).

 

PENUTUP

Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Untuk menjawab para murid yang sedang beragumen tentang posisi dan kuasa, Yesus justru menampilkan seorang anak kecil, kelompok usia yang biasanya tidak diperhitungkan, dan yang tidak memiliki ambisi akan posisi dan kuasa. 

Ternyata yang terbesar dalam Kerajaan Sorga bukanlah yang hebat menurut pandangan manusia (terkenal/kaya) punya karisma/style atau seseorang yang memiliki banyak pengikut dlsb. Yang terbesar dalam Kerajaan Sorga adalah mereka yang mau merendahkan diri, belajar mencari kehendak Tuhan dan memiliki iman seperti seorang anak kecil. Jangan menjadi seperti dunia tetapi di perbaharui cara pandangnya (paradigma) sehingga kita melakukan kehendak Tuhan dan hidup berkenan kepadaNya.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)

Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. (Yakobus 4:6b)

MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 1)

MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 1)

PENDAHULUAN

“Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” merupakan pertanyaan para murid yang diajukan kepada Yesus. Pertanyaan tersebut menunjukkan adanya motivasi yang keliru dalam mengikut Yesus. Sebab itu Tuhan menegur mereka supaya bertobat dan memiliki motivasi yang benar dalam mengikut DIA yaitu menjadi seperti seorang anak kecil.

ISI

Sesuai tuntunan gembala bulan ini dalam Matius 18:3-5, kita mau belajar bagaimana mengikut Tuhan dengan memiliki iman seperti seorang anak kecil.

”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

  1. Bertobat dan diangkat menjadi anak-anak Allah.

Pintu masuk ke dalam Kerajaan sorga adalah bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi. Kelahiran kembali menjadikan kita anak-anak Allah, yang percaya kepada Kristus seperti seorang anak kecil. Maksud perkataan Yesus tentang menjadi seperti anak kecil adalah memiliki sifat seperti anak kecil yang polos, percaya yang murni, tanpa keraguan, tanpa prasangka dan curiga, tulus, jujur apa adanya, tidak berbelat-belit, tidak manipulasi, tidak overthinking, tidak memiliki niat jahat dan punya hati yang mudah diajar.

Seorang anak kecil juga tidak kuatir dan takut akan kehidupannya karena ia tahu bapaknya pasti memelihara dan menyediakan segala yang ia butuhkan.  Anak kecil percaya bapaknya baik dan memberikan semua yang terbaik (the best) buat dirinya. Kalau bapak di dunia tahu memberikan yang baik bagi anak-anaknya, apalagi Bapa di sorga memberi rancangan terbaik bagi kita.

Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! (Lukas 11:11-13a).

Sifat lain dari anak kecil adalah suka berada di dekat orang tuanya dan sangat bergantung kepada mereka. Orang yang memiliki iman seperti anak kecil selalu ingin dekat kepada Bapa; hatinya melekat kepada DIA karena menyadari bahwa tanpa Tuhan dirinya lemah tak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Orang yang memiliki sikap dan ketulusan seperti anak kecil adalah mereka yang akan memiliki Kerajaan Sorga. Menjadi seperti anak kecil bukan berarti bersifat kekanak-kanakan, manja, tidak bertanggung jawab, berperilaku impulsive (kecenderungan untuk bertindak secara cepat mengikuti keinginan hati, tetapi tanpa berpikir panjang), hanya mau comfort zone, suka mengeluh, ngambek, melempar kesalahan ke pihak lain atau self-pity.

Paulus berkata, “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Korintus 13:11).

Iman seperti anak kecil bicara tentang kemurnian iman seseorang yang dewasa rohani,  tetap percaya walau belum melihat/mengerti, berani keluar dari comfort zone, mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya, rela disalah mengerti, tidak mengeluh, berani menanggung resiko dan bayar harga. Ia percaya bahwa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun, IA sumber segalanya, dan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Segala perkara dapat dia tanggung dalam Kristus yang memberinya kekuatan.

Orang yang beriman seperti seorang anak kecil akan memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus.

  1. Merendahkan hati. 

Setelah masuk menjadi warga Kerajaan sorga, sebagai anak kita harus rela dididik/dimuridkan. Untuk itu diperlukan sikap kerendahan hati dan mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita.

Kalau tidak dimuridkan maka tidak akan mengalami transformasi hidup. Allah menghendaki kita berubah untuk berbuah.

Hidup orang percaya juga diumpamakan sebagai benih yang harus ditanam, mati/hancur dulu manusia lamanya; berakar dalam kasih, bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus yang adalah Kepala sehingga bisa berbuah banyak dan matang. Tidak ada kebangkitan roh tanpa kematian kedagingan.

Tanpa pemuridan kita akan kembali kepada manusia lama. Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk dan sesat,  memaksa ingin balik ke Mesir untuk kembali diperbudak! Tanpa sadar banyak orang yang setelah dalam Kristus tapi tetap membiarkan dirinya diperbudak oleh hikmat dunia, kebiasaan lama, hawa nafsu, dlsb.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)

Ayat ini bukan hanya berlaku bagi next generation saja, tapi juga buat kita orang dewasa yang merupakan anak-anak Allah. Dengan iman yang murni, kita perlu dimuridkan supaya mencari dan mengerti kehendak Allah dan berjalan dalam hikmatNya.

Bersambung minggu depan…

MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 2)

MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 2)

Sekilas review :

Secara garis besar ada 3P (Purpose Plan Process) Allah bagi orang percaya.

  • Purpose : menjadi penjala manusia.
  • Plan : rencana keselamatan.

“Tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena IA tidak menghendaki supaya orang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan hidup.”  (2 Petrus 3:9b)

Sambungan minggu ini :

  1. Process

“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.  Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:2-5)

Berbuah adalah ketetapan Tuhan bagi orang percaya, artinya kita diwajibkan untuk berbuah.

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” (Yohanes 15:16).

Kehidupan rohani orang percaya diibaratkan seperti sebuah pohon yang berbuah pada musimnya (Mazmur 1:2-3). Perhatikan proses sebuah pohon yang berawal dari benih: berakar, bertumbuh dan berbuah. Tuhanlah yang memberi pertumbuhan sesuai dengan DNA yang ada dalam setiap benih.

Dalam proses pertumbuhan rohani, benih ilahi yang ada dalam diri orang percaya (1 Petrus 1:23) harus mengalami transformasi  untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Potensi tersebut adalah karakter Kristus (buah-buah Roh), buah kebenaran (firman yang digenapi), buah pelayanan (melayani sesuai potensi dan karunia masing-masing) dan buah jiwa-jiwa (menjadi penjala manusia).

Benih ilahi ketika mengalami transformasi akan hancur di dalam tanah menjadi akar yang kuat, bertumbuh menjadi pohon yang kuat kemudian berbuah. Pohon tersebut mengalami pertumbuhan, menjadi dewasa dan memberi hasil yaitu berbuah banyak (kuantitas) dan perkembangan yaitu buah yang matang (kualitas). Menjadi murid adalah proses belajar seumur hidup yang memerlukan ketekunan agar berbuah banyak dan matang. Tanpa ketekunan, kita bisa mengalami kemunduran rohani yaitu kembali kepada cara hidup yang lama, berhenti bertumbuh dan mati secara rohani. Bertekun maksudnya walau mengalami tantangan, tetap berusaha melakukan firman.

Jangan menyerah, lakukan berulang-ulang agar dapat belajar dari kesalahan dan tidak mengulangnya lagi dan menjadi orang yang tahan uji (membangun ketangguhan).

Yang menjadi role model/patokan kita adalah Kristus. Di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah DIA, yang adalah Kepala. Kita akan bertumbuh dan berbuah banyak serta matang bila terus terhubung dengan Yesus sebagai pokok anggur. Ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur. Orang yang mau diproses akan menghasilkan hidup yang berbuah dan berjalan dalam panggilan Allah.

Yesus mengatakan bahwa kita adalah garam dan terang dunia. Hakikat garam adalah rasa asinnya yang akan memberi cita rasa nikmat pada makanan. Garam dunia berfungsi memberikan cita rasa dengan mengalirkan kasih Kristus pada dunia yang sudah dingin tanpa kasih.

Terang bicara tentang kebenaran. Orang percaya berfungsi menegakkan nilai-nilai kebenaran di tengah kegelapan/kesesatan dunia. Kasih Allah dan kebenaran harus berjalan bersama-sama; kasih tanpa kebenaran akan ngawur, kebenaran tanpa kasih akan menghakimi orang lain.

PENUTUP

Tanggalkan paradigma lama yang hanya sekedar jadi penjala ikan. ‘Jala’ yang kita miliki jangan hanya dipakai untuk sekedar bertahan hidup dan melakukan perkara-perkara dunia yang sementara; tapi gunakan ‘jala’ tersebut untuk menjala jiwa manusia untuk dibawa kepada Kristus. ‘Jala’ bisa bicara tentang pekerjaan, usaha, profesi, pengaruh, talenta, karunia, dsb.

Menjadi penjala manusia bukan hanya membawa manusia ke surga tapi membawa surga ke dunia, menghadirkan Kerajaan Allah di bumi : di keluarga, sekolah, pekerjaan, lingkungan sekitar, kota dan bangsa, sesuai dengan doa yang Tuhan Yesus ajarkan : Datanglah KerajaanMu dan jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga.

Bukan berarti kita semua harus berhenti bekerja lalu menjadi hamba Tuhan secara full-time; tapi apapun profesi atau pekerjaan kita, jadilah duta-duta Kerajaan Allah yang berfungsi menjadi garam dan terang di tengah kegelapan dunia agar bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terang Tuhan yang terbit atas kita.

MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 1)

MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 1)

Kata Yesus kepada Simon: ”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (Lukas 5:10b)

PENDAHULUAN

Yesus mengajak setiap kita mengikut DIA untuk dijadikan penjala manusia. Penjala manusia memiliki fungsi untuk menjadi garam dan terang di tengah kegelapan agar dunia dapat mengalami kasih Allah dan diselamatkan.

ISI

Secara garis besar ada 3P (Purpose Plan Proses) Allah bagi orang percaya :

1. Purpose : menjadi penjala manusia.

Allah menciptakan kita untuk tujuan mulia yaitu menjadi saksi Kristus, menjadi penjala manusia yang memancarkan terang dan menjadi garam dunia.

Kenyataannya sering kita sudah punya tujuan dan rencana sendiri. Motivasi kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hanya supaya kalau mati masuk surga, tapi tujuan DIA menyelamatkan tidak kita pedulikan.

Kita dipanggil dari kegelapan bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga mengambil bagian dalam proyek keselamatan yaitu menjadi saksi akan kebesaran dan kedahsyatan perbuatan-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Allah mau kita terlibat dalam rencana keselamatan bagi seisi dunia.

Kita diselamatkan bukan untuk mengabdi kepada pekerjaan, usaha, serta keinginan/ambisi pribadi tapi untuk tujuan Allah : menjadi penjala manusia. Tuhan telah membeli kita dengan harga lunas oleh darahNya sendiri, oleh sebab itu IA memiliki hak sepenuhnya atas hidup kita. Dengan memahami hal ini, kita akan rela menyelaraskan diri hidup sesuai dengan tujuanNya.

2. Plan : rencana keselamatan

Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi. (2 Korintus 1:10)

Waktu masih bayi rohani kita belum begitu memahami secara utuh rencana keselamatan Allah. Kita pikir keselamatan hanya soal hidup kekal di surga kelak. Lalu selama masih di dunia, kita tidak ada bedanya dengan orang dunia, masih mengenakan cara hidup yang lama. Apakah seperti itu? Tentu saja tidak!

Allah memanggil kita untuk menjadi penjala manusia. Sebelum itu kita harus menjadi murid lebih dulu. Untuk menjadi murid, kita harus bertumbuh dalam kasih karunia.

Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. (2 Petrus 3:17b-18).

Bertumbuh dalam kasih karunia ini penting sekali supaya kita tidak terseret dalam kesesatan dunia dan kehilangan pegangan yang teguh (iman kepada Kristus) lalu kehilangan arah dan tujuan Tuhan atas hidup kita.

Hendaklah sebagai orang-orang yang telah dipanggil, hidup kita berpadanan dengan panggilan itu (Efesus 4:1). Kata berpadanan dalam Bahasa Yunani adalah ‘aksios’ artinya berkenan, sesuai, layak. Hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus adalah saat kita memancarkan terang kebenaran melalui karakter, perkataan, pekerjaan/usaha, aktivitas, pergaulan, pelayanan, kepemimpinan, keluarga, dalam tindakan/keputusan, dsb.

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Matius 5:14-16)

Tanpa pemuridan, kita akan tetap mengenakan paradigma penjala ikan. ‘Jala’ yang kita miliki hanya dipakai untuk sekedar bertahan hidup dan melakukan perkara-perkara dunia yang sementara. Pertumbuhan rohani melalui pemuridan mengubah paradigma kita; dari hidup hanya untuk bekerja mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan, membeli rumah, bayar tagihan, buka usaha, menyekolahkan anak, dsb; menjadi hidup yang orientasinya perkara-perkara yang di atas : menjala jiwa untuk dijadikan murid Kristus dan warga Kerajaan Allah.

Seorang murid harus punya komitmen dan disiplin yang tinggi, rela pikul salib, sangkal diri dan bayar harga agar tangguh dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan dan menjadi pemenang. Tanpa disiplin diri, kerajinan pasti menjadi kendor. Kerajinan yang kendor membuat kita terbiasa kompromi dengan keinginan daging, terlebih jika pikiran dan hati tidak tidak dijaga dengan segala kewaspadaan. Kita sudah menjadi serupa dengan dunia; sudah menjadi tawar dan tidak berfungsi, kasih sudah menjadi dingin. Akibatnya terang Tuhan dalam kita meredup dan hidup kita tidak memberi dampak Kerajaan Allah bagi dunia.

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13)

Bersambung minggu depan..

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA

Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Matius 4:19)

Anak Manusia datang untuk memanggil orang berdosa supaya mereka bertobat dan diselamatkan. Yesus membenci perbuatan dosa namun mengasihi orang berdosa/jiwa-jiwa yang terhilang. IA bukan hanya menyelamatkan manusia dari hukuman api neraka tapi juga memulihkan hubungan kita dengan Bapa di surga dan memberikan hidup yang kekal. Tuhan mengajak kita untuk mengikut DIA sebagai murid dan menjadikan kita sebagai penjala manusia (Matius 4:19).

Untuk menjadi penjala manusia yang efektif, kita harus mengikut Yesus dan menjadi murid terlebih dulu. Seorang murid memiliki komitmen dan ketetapan hati untuk mau diproses agar bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Allah.
Langkah/proses panggilan seorang untuk menjadi penjala manusia :

1. Memiliki pengenalan yang benar akan Allah.
Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:18).

Pertumbuhan rohani menolong kita untuk mengenal Allah dengan benar. Semakin dalam kita mengenal Allah, semakin kita bertumbuh menjadi dewasa rohani. Pengajaran firman memang diperlukan sebagai pengetahuan akan kebenaran, tetapi mengalami Allah dan firmanNya secara pribadi akan membawa perubahan hidup yang signifikan. Orang yang mengalami firman, hidupnya akan menghasilkan buah.

Kita dapat mengenal Allah secara pribadi melalui firman dan persekutuan dengan Roh Kudus. Latih diri kita untuk disiplin berada di hadirat Tuhan, miliki waktu doa dan pujian penyembahan yang tetap, jangan berubah-ubah. Komitmen baca firman sekian pasal tiap hari secara teratur, makin lama tambah pasal firman yang dibaca. Minta pertolongan Roh Kudus untuk memberikan roh pengertian akan firman yang kita renungkan atau yang diajarkan melalui khotbah. Belajar juga untuk mendisiplinkan pikiran (Filipi 4:8) dan menjaga hati (Amsal 4:23).

Berikan diri kita untuk tertanam/ dimuridkan dalam gereja lokal dan terhubung dalam komunitas orang percaya/Cool. Pemuridan dalam Cool (terlebih disertai pelayanan) adalah media yang efektif untuk membawa kita kepada kedewasaan rohani, perubahan karakter serta pengenalan yang benar akan Allah. Pengenalan yang benar akan Allah menolong kita untuk berani percaya dan berserah penuh kepadaNya.

2. Memiliki iman percaya (faith and trust).
Untuk masuk dalam panggilan, tentu kita perlu diproses. Pengenalan akan Allah yang didapat karena mengalami DIA secara pribadi akan membuat kita rela bayar harga. Bayar harga yang bagaimana ? meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus.

Seperti kisah Simon dan rekan-rekannya dalam Lukas 5:4-11; iman yang tumbuh dari pengalaman akan Tuhan membuat mereka berani percaya dan meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus dan berjalan dalam panggilanNya sebagai penjala manusia.
4)Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” 5)Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” 6)Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
8)Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” 9)Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10) demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” 11) Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

3. Mengikuti paradigma baru dari penjala ikan menjadi penjala manusia.

Dalam teks asli (Yunani), kata kerja yang dipakai untuk menerjemahkan istilah “menjala manusia” adalah “zōgrōn” , yang merupakan kombinasi dari kata zōos (alive) dan agrein (catch, hunt). Kata ini berarti bekerja menangkap jiwa manusia untuk membawa mereka kepada kehidupan yang berasal dari Allah.

Menjadi penjala manusia bukan hanya tentang memberitakan Injil/membawa orang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saja, tapi lebih dari itu membawa jiwa mengalami hidup yang sesungguhnya (Zoe life) dan menjadikan mereka pengikut Kerajaan Allah.

Pengalaman dengan Tuhan membuat Petrus mengalami perubahan paradigma. Dari seorang penjala ikan, menjadi penjala manusia. Seorang penjala ikan mengakibatkan ikan itu tak berdaya dan mati; sementara seorang “penjala manusia” menangkap manusia untuk dibawa kepada ‘kehidupan’.

Tuhan mau menjadikan kita sebagai penjala manusia di manapun kita ditempatkan, apapun profesi dan pekerjaan kita. Kita bukan bekerja untuk makanan yang akan dapat binasa (sekedar untuk mendapatkan gaji), tapi bekerja untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal yaitu menjadi agen Kerajaan Allah yang membawa dampak. Makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal adalah melakukan kehendak Allah.

Kata Yesus kepada mereka : “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).

Tuhan Yesus menghendaki orang percaya bukan tetap menjadi bayi rohani tapi menjadi muridNya. Kita perlu bertumbuh dalam segala hal ke arah DIA supaya menghasilkan hidup yang berbuah.

Untuk dapat mengikut Yesus dan menjadi muridNya, seseorang harus rela meninggalkan segalanya. Mengikut Yesus adalah sebuah penyerahan hidup secara total kepada Allah, bukan luapan emosi sesaat karena telah mengalami mukjizat atau menikmati berkat.

“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:33)

Ini memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tanpa pertolongan Roh Kudus, tidak seorang pun mampu melepaskan diri dari segala miliknya dan mengikut Tuhan. .. kamu akan Kujadikan penjala manusia..kata ‘Ku jadikan’ ini menggambarkan proses didikan Tuhan yang panjang sampai seumur hidup kita dunia.

Mengikut Yesus juga berarti berpegang teguh kepada firman Tuhan. “Jikalau kamu tetap dalam firman- Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” (Yoh. 8:31). Seorang murid Kristus akan tinggal dalam firman Tuhan (firman logos) dan melakukan perintahNya (firman rhema).
Secara garis besar ada tiga syarat mengikut Tuhan Yesus:

A. Berani melepaskan diri dari gaya hidup manusia lama.
Mengikut Kristus harus berani menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru melalui pembaruan di dalam roh dan pikiran oleh firman Tuhan. Pikiran, cara pandang, nilai kehidupan, system kepercayaan, kebiasaan, tindakan/keputusan dan karakter yang lama ditanggalkan, lalu kenakan yang baru yaitu yang sesuai dengan firman Tuhan dan kebenarannya.

Manusia baru menggunakan Firman Tuhan sebagai panduan dan pondasi kehidupan dalam berpikir, berdoa, berkata-kata, mengambil keputusan/bertindak, perenungan batin, beriman, berpengharapan, mengasihi Allah dan sesama serta dalam melawan serangan tipu daya iblis.

B. Rela menderita bersama Kristus dengan menyangkal diri dan memikul salib.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:24-26).

Sangkal diri artinya mati kepada kehendak pribadi dan menyerahkan hak kita kepada Yesus. Kita memilih menanggalkan ke‘aku’ an/kebenaran sendiri; menanggalkan pikiran, pengertian, perasaan dan keinginan sendiri; menanggalkan gengsi, harga diri, kenyamanan dan kepentingan diri sendiri demi taat kepada perintah/kehendak Allah. Kalau memilih mempertahankan ‘self’ , maka kita akan kehilangan nyawa dan hidup yang sesungguhnya.

Pikul salib artinya rela bayar harga, menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari mengikut Yesus.

Sama seperti Kristus, kita juga harus siap ditolak, dibenci dan dianiaya oleh karena kebenaran. Oleh sebab itu, kenakan cara pandang yang benar sesuai firman agar kita tidak menjadi kecewa dan menolak Yesus :

Kita disebut berbahagia dan patut bersukacita serta bergembira karena upah kita besar di sorga (Matius 5:10-12)
Kita tidak usah takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Takutlah akan ALLAH yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10:28).

C. Berani melepaskan diri dari ikatan hal duniawi.
Kita tidak dapat menjadi murid Yesus jika mengasihi dunia. Dunia dan semua yang ada di dalamnya (keinginan untuk mengejar harta, tahta dan hawa nafsu) bukanlah berasal dari Allah. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki dan menikmati berkat materi selagi masih hidup di dunia, tapi di mana hati kita berada akan menentukan respon kita. Jika hati kita mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, maka kita tidak mengijinkan uang/berkat materi jadi tuan dan mengikat hidup kita. Talenta yang kita miliki misalnya jabatan, karunia, potensi, usaha, uang, harta benda dll adalah kepunyaan Tuhan. Kita hanya dipercayakan untuk mengelola dan mengembangkannya untuk kepentingan Kerajaan Allah dan untuk kemuliaan Tuhan.

Tidak seorang pun bisa mengatasi kelemahan dan melepaskan diri dari ikatan dengan kekuatan dan pengertiannya sendiri. Bagian kita adalah ‘percaya’ yang diikuti tindakan iman, maksudnya saat Roh Kudus menyingkapkan kelemahan dan keadaan kita yang terikat hal-hal tertentu, responi dengan hati yang bersyukur, jujur mengakui di hadapan Tuhan; minta pertolongan Roh Kudus dan lakukan instruksiNya dalam ketaatan. Hanya Tuhan yang paling tahu cara terbaik untuk mengatasi kelemahan dan melepaskan kita dari ikatan.

Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengikut DIA serta menjadi murid agar kita menghidupi hidup yang dikehendaki Allah. Serahkan diri kita untuk diproses Tuhan; teruslah bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan DIA, maka kita akan dijadikan sebagai ‘penjala manusia’/soul-winner/pemenang jiwa, yaitu menangkap manusia lain untuk dibawa kepada ‘kehidupan’ Kerajaan Allah.

MEMBANGUN MANUSIA ROH YANG KUAT  UNTUK MENJADI PENJALA MANUSIA

MEMBANGUN MANUSIA ROH YANG KUAT UNTUK MENJADI PENJALA MANUSIA

PENDAHULUAN

Sesuai dengan tuntunan gembala bulan ini Matius 4:19 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mari belajar gaya hidup Tuhan Yesus untuk menjala jiwa sehingga penuaian jiwa terjadi dimanapun kita berada.

Untuk menjadi penjala manusia, seseorang harus menjadi murid Kristus. Seorang murid akan belajar mendisiplinkan diri guna membangun manusia roh yang kuat agar mampu menghadapi berbagai tantangan/penderitaan, ujian, menjadi pemenang, berbuah dan memberi dampak.

ISI

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan seorang murid adalah keadaan manusia rohnya. Setelah mengalami kelahiran kembali, kita menjadi ciptaan yang baru (2 Kor. 5:17) karena Roh Kudus berdiam di dalam roh kita. Namun demikian ‘manusia lama’ masih bercokol dalam jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) kita. Oleh sebab itu kita perlu dibebaskan dari ikatan ‘manusia lama’ dengan cara mengenakan ‘manusia baru’ melalui pembaruan dalam roh dan pikiran dengan firman Tuhan.

Jika tidak mengalami pembaruan akal budi, tidak tinggal dalam firman dan melakukan perintahNya, otomatis kita akan dikuasai oleh manusia lama serta keinginannya yang menyesatkan dan membinasakan. Selama masih mengenakan manusia lama, kita masih dalam keadaan terikat/belum merdeka. Kalau masih terikat, maka kita belum bisa meninggalkan segala sesuatu untuk menjadi murid Yesus dan penjala manusia.

“Jikalau kamu tetap dalam firman- Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:31-32).

Paket pemuridan orang percaya adalah :
– Yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita kepada kesempurnaan (The author and the finisher of our faith) adalah Tuhan Yesus (Ibrani 12:2).
– Buku panduan : Firman Tuhan /Alkitab.
– Pengajar dan Penolong : Roh Kudus.
– Tempat belajar/kelas : kehidupan kita.
– Waktu ujian : sewaktu-waktu, tanpa pemberitahuan, harus siap setiap saat.

Bagaimana cara membangun manusia roh dan mengenakan manusia baru ?
– Memiliki gaya hidup berdoa, memuji menyembah dan berpuasa.
– Tiap hari disiplin membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan.
– Menyalibkan manusia lama : tidak membiarkan anggota tubuh dikuasai dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, melainkan menyerahkannya kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13)
– Pengalaman dan pengenalan akan Tuhan.

Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (Roma 8:5)

Hidup menurut daging : hidup menuruti keinginan manusia lama yang menjerat kita untuk berbuat dosa : pikiran yang sia-sia, rupa-rupa hawa nafsu, cinta akan uang, bermalas-malasan, kesombongan, ungodly emotions (victim mentality, self-pity, amarah, iri hati, kuatir, dsb).

Hidup menurut Roh : hidup mengikuti pimpinan Roh Kudus yang memampukan dan memberi kerinduan untuk membangun keintiman dengan Tuhan, bersyukur dan bersukacita dalam segala keadaan, mematikan keinginan daging dan pikul salib. Hidup menurut Roh akan menghasilkan buah pertobatan, buah kebenaran (firman digenapi) dan buah-buah Roh (karakter Kristus).

Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah (Rom. 8:8) tapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia (1 Kor. 6:17). Oleh sebab itu hiduplah oleh Roh, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging (Gal. 5:16).

PENUTUP

Sebagai orang yang dimuridkan melalui Cool, sudahkah kita bersungguh-sungguh membangun manusia roh dan mengenakan manusia baru tiap hari? Manusia lama menghalangi kita untuk bangkit dan memancarkan terang Tuhan di tengah kegelapan dunia.

Bangun manusia roh yang kuat supaya kita berkemenangan, berbuah dan memancarkan karakter Kristus sehingga melalui hidup kita banyak orang bisa mengecap kasih Allah dan percaya kepada Injil keselamatan.

“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.” (Yesaya 60:1-3)

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA (bagian 2)

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA (bagian 2)

Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Matius 4:19)

Sekilas review minggu lalu :

Yesus datang untuk memanggil orang berdosa supaya mereka bertobat dan diselamatkan. IA mengajak kita untuk mengikut DIA sebagai murid dan menjadikan kita sebagai penjala manusia (Matius 4:19).

Sambungan minggu ini :

Tuhan Yesus menghendaki orang percaya bukan tetap menjadi bayi rohani tapi menjadi muridNya. Kita perlu bertumbuh dalam segala hal ke arah DIA supaya menghasilkan hidup yang berbuah.

Untuk dapat mengikut Yesus dan menjadi muridNya, seseorang harus rela meninggalkan segalanya. Mengikut Yesus adalah sebuah penyerahan hidup secara total kepada Allah, bukan luapan emosi sesaat karena telah mengalami mukjizat atau menikmati berkat.

“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:33)

Ini memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tanpa pertolongan Roh Kudus, tidak seorang pun mampu melepaskan diri dari segala miliknya dan mengikut Tuhan. .. kamu akan Kujadikan penjala manusia..ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses didikan Tuhan yang panjang.

Mengikut Yesus juga berarti berpegang teguh kepada firman Tuhan. “Jikalau kamu tetap dalam firman- Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” (Yoh. 8:31). Seorang murid Kristus akan tinggal dalam firman Tuhan (firman logos) dan melakukan perintahNya (firman rhema).

Secara garis besar ada tiga syarat mengikut Tuhan Yesus :

a. Berani melepaskan diri dari gaya hidup manusia lama.

Mengikut Kristus harus berani menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru melalui pembaruan di dalam roh dan pikiran oleh firman Tuhan. Pikiran, cara pandang, nilai kehidupan, system kepercayaan, kebiasaan, tindakan/keputusan dan karakter yang lama ditanggalkan, lalu kenakan yang baru yaitu yang sesuai dengan firman Tuhan dan kebenarannya.

Manusia baru menggunakan Firman Tuhan sebagai panduan dan pondasi kehidupan dalam berpikir, berdoa, berkata-kata, mengambil keputusan/bertindak, perenungan batin, beriman, berpengharapan, mengasihi Allah dan sesama serta dalam melawan serangan tipu daya iblis.

b. Rela menderita bersama Kristus dengan menyangkal diri dan memikul salib.

Baca Matius 16:24-26.

Sangkal diri artinya mati kepada kehendak pribadi dan menyerahkan hak kita kepada Yesus. Kita memilih menanggalkan ke‘aku’ an/kebenaran sendiri; menanggalkan pikiran, pengertian, perasaan dan keinginan sendiri; menanggalkan gengsi, harga diri, kenyamanan dan kepentingan diri sendiri demi taat kepada perintah/kehendak Allah. Kalau memilih mempertahankan ‘self’ , maka kita akan kehilangan nyawa dan hidup yang sesungguhnya.

Pikul salib artinya rela bayar harga, menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari mengikut Yesus.

Sama seperti Kristus, kita juga harus siap ditolak, dibenci dan dianiaya oleh karena kebenaran. Oleh sebab itu, kenakan cara pandang yang benar sesuai firman agar kita tidak menjadi kecewa dan menolak Yesus :

  • Kita disebut berbahagia dan patut bersukacita serta bergembira karena upah kita besar di sorga (Matius 5:10-12)
  • Kita tidak usah takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Takutlah akan ALLAH yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10:28).

c. Berani melepaskan diri dari ikatan hal duniawi.

Kita tidak dapat menjadi murid Yesus jika mengasihi dunia. Dunia dan semua yang ada di dalamnya (keinginan untuk mengejar harta, tahta dan hawa nafsu) bukanlah berasal dari Allah. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki dan menikmati berkat materi selagi masih hidup di dunia, tapi di mana hati kita berada akan menentukan respon kita. Jika hati kita mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, maka kita tidak mengijinkan uang/berkat materi jadi tuan dan mengikat hidup kita. Talenta yang kita miliki misalnya jabatan, karunia, potensi, usaha, uang, harta benda dll adalah kepunyaan Tuhan. Kita dipercayakan untuk mengelola dan mengembangkannya untuk kemuliaan Tuhan.

Tidak seorang pun bisa mengatasi kelemahan dan melepaskan diri dari ikatan dengan kekuatan dan pengertiannya sendiri. Bagian kita adalah ‘percaya’ yang diikuti tindakan iman : saat Roh Kudus menyingkapkan kelemahan dan keadaan kita yang terikat hal-hal tertentu, responi dengan hati yang bersyukur, jujur mengakui di hadapan Tuhan; minta pertolongan Roh Kudus dan lakukan instruksiNya dalam ketaatan. Hanya Tuhan yang paling tahu cara terbaik untuk mengatasi kelemahan dan melepaskan kita dari ikatan.

PENUTUP

Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengikut DIA serta menjadi murid agar kita menghidupi hidup yang dikehendaki Allah. Serahkan diri kita untuk diproses Tuhan; teruslah bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan DIA, maka kita akan dijadikan sebagai ‘penjala manusia’/soul-winner/pemenang jiwa, yaitu menangkap manusia lain untuk dibawa kepada ‘kehidupan’ Kerajaan Allah.

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA (bagian 1)

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA (bagian 1)

Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Matius 4:19)

 

PENDAHULUAN

Anak Manusia datang untuk memanggil orang berdosa supaya mereka bertobat dan diselamatkan. Yesus membenci perbuatan dosa namun mengasihi orang berdosa/jiwa-jiwa yang terhilang. IA bukan hanya menyelamatkan manusia dari hukuman api neraka tapi juga memulihkan hubungan kita dengan Bapa di surga dan memberikan hidup yang kekal. Tuhan mengajak kita untuk mengikut DIA sebagai murid dan menjadikan kita sebagai penjala manusia (Matius 4:19).

 

ISI

Untuk menjadi penjala manusia yang efektif, kita harus mengikut Yesus (menjadi murid) terlebih dulu. Seorang murid memiliki komitmen dan ketetapan hati untuk mau diproses agar bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Allah.

Langkah/proses panggilan seorang untuk menjadi penjala manusia :

  1. Memiliki pengenalan yang benar akan Allah.

 Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:18).

Pertumbuhan rohani menolong kita untuk mengenal Allah dengan benar.  Semakin dalam kita mengenal Allah, semakin kita bertumbuh menjadi dewasa rohani. Pengajaran firman memang diperlukan sebagai pengetahuan akan kebenaran, tetapi mengalami Allah dan firmanNya secara pribadi akan membawa perubahan hidup yang signifikan. Orang yang mengalami firman, hidupnya akan menghasilkan buah.

Kita dapat mengenal Allah secara pribadi melalui firman dan persekutuan dengan Roh Kudus. Latih diri kita untuk disiplin berada di hadirat Tuhan, miliki waktu doa dan pujian penyembahan yang tetap, jangan berubah-ubah. Komitmen baca firman sekian pasal tiap hari secara teratur, makin lama tambah pasal firman yang dibaca.  Minta pertolongan Roh Kudus untuk memberikan roh pengertian akan firman yang kita renungkan atau yang diajarkan melalui khotbah.

Berikan diri untuk tertanam/ dimuridkan dalam gereja lokal dan terhubung dalam komunitas orang percaya/Cool. Pemuridan dalam Cool (terlebih disertai pelayanan) adalah media yang efektif untuk membawa kita kepada kedewasaan rohani dan pengenalan yang benar akan Allah. Pengenalan yang benar akan Allah menolong kita untuk percaya dan berserah penuh kepadaNya.

  1. Memiliki iman percaya (faith and trust). Baca Lukas 5: 4-11.

Untuk masuk dalam panggilan, kita perlu diproses. Pengenalan akan Allah yang didapat karena mengalami DIA secara pribadi akan membuat kita berani bayar harga, yaitu meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus.

Seperti kisah Simon dan rekan-rekannya dalam Lukas 5:4-11; iman yang tumbuh dari pengalaman akan Tuhan membuat mereka berani percaya dan meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus. Iman mereka disertai dengan perbuatan yaitu meninggalkan segala sesuatu demi menjawab panggilan untuk mengikut Tuhan.

4)Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” 5)Simon menjawab: “Guru,  telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa,  tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” 6)Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.

8)Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa. 9)Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10) demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut,  mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” 

11) Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. 

  1. Mengikuti paradigma baru dari penjala ikan menjadi penjala manusia.

Dalam teks asli (Yunani), kata kerja yang dipakai untuk menerjemahkan istilah “menjala manusia” adalah “zōgrōn” , yang merupakan kombinasi dari kata zōos (alive) dan agrein (catch, hunt). Kata ini berarti bekerja menangkap jiwa manusia untuk membawa mereka kepada kehidupan yang berasal dari Allah.

Menjadi penjala manusia bukan hanya tentang memberitakan Injil/membawa orang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saja, tapi lebih dari itu membawa jiwa mengalami hidup yang sesungguhnya (Zoe life) dan menjadikan mereka pengikut Kerajaan Allah.

Pengalaman dengan Tuhan membuat Petrus mengalami perubahan paradigma. Dari seorang penjala ikan, menjadi penjala manusia. Seorang penjala ikan mengakibatkan ikan itu tak berdaya dan mati; sementara seorang “penjala manusia” menangkap manusia untuk dibawa kepada ‘kehidupan’.

Tuhan mau menjadikan kita sebagai penjala manusia di manapun kita ditempatkan, apapun profesi dan pekerjaan kita. Tuhan mau kita bukan sekedar bekerja untuk makanan yang akan dapat binasa, tapi untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal adalah melakukan kehendak Allah.

Kata Yesus kepada mereka : “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).

Bersambung minggu depan …

HIDUP DALAM KARYA KESELAMATAN TUHAN

HIDUP DALAM KARYA KESELAMATAN TUHAN

Di akhir 2023 ini mari kita mengevaluasi bagaimana hidup kita sehari hari sepanjang tahun ini.

Apakah kita telah hidup dalam pertobatan dan mengalami transformasi atau masih hidup sama seperti orang orang yang tidak mengenal Tuhan.
Setelah jatuh ke dalam dosa, maka kecenderungan hati manusia adalah memberontak kepada Allah. Hidupnya dikuasai hawa nafsu, penuh dengan keinginan, ketakutan, kelemahan, dan lebih suka melakukan yang jahat. Manusia memang diciptakan dengan kemampuan untuk berusaha dan bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi pada kenyataannya justru itu semua membawa manusia semakin terpacu mengejar keinginan yang lebih banyak lagi. Hal ini memberikan kepuasan ‘palsu’ yang hanya akan menyebabkan manusia jadi egois, iri hati, serakah, tamak dan jahat.

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).

Dosa membuat manusia kehilangan kekuasaan (dominion) yang diberikan oleh Allah sehingga hidupnya diwarnai ketakutan. Manusia berusaha bertahan hidup memakai kekuatannya sendiri, memperbudak diri dengan system dunia dan hidup dalam tipu muslihat iblis. Pikirannya menjadi gelap, sia-sia dan tidak memiliki pengenalan akan Allah. Gambar diri yang telah rusak menyebabkan manusia hidup dalam tekanan, perasaan bersalah, cemas dan gelisah. Selama berabad-abad bangsa-bangsa berjalan dalam kegelapan, tanpa harapan, mengarah kepada kehancuran dan kebinasaan.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

Allah adalah Roh yang tidak dapat dilihat oleh manusia secara fisik; akan tetapi bentuk kasihNya dan janji keselamatan bagi umat manusia yang dinubuatkan oleh para nabi ribuan tahun lalu telah digenapi dalam wujud manusia Kristus yang adalah Sang Juruselamat dunia.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:1,14)

Firman (Logos) di dalam Yohanes pasal 1 merujuk kepada Yesus. Firman itu bersama-sama dengan Allah Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh Firman, dan Firman itu adalah Allah. Yesus Kristus adalah Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Yesus Kristus seratus persen Allah dan seratus persen manusia. IA adalah kekuatan, hikmat dan kemuliaan Allah yang dinyatakan kepada dunia, karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Yesus Kristus (Kolose 1:19).

Yesus Kristus adalah Roti Hidup yang telah turun dari surga. Barangsiapa datang kepadaNya, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan haus lagi. Secara alamiah manusia memang memerlukan roti untuk melangsungkan kehidupannya selama di dunia. Tapi bagi orang percaya, hidup yang sesungguhnya bersumber dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4).

Firman yang tertulis (logos) merupakan dasar/pondasi, sedangkan firman yang diucapkan Allah (rhḗma) merupakan arahan/tuntunan yang membawa kita menikmati hidup yang sesungguhnya. Kebanyakan orang hanya fokus merawat tubuhnya tetapi mengabaikan keadaan roh dan jiwanya yang bersifat kekal. Mereka cuma sekedar eksis, tapi tidak pernah menjalani hidup yang berasal dari Allah yaitu Zoe Life.

Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah (1 Kor. 8:8a) atau kepada kehidupan kekal. Roti memang diperlukan untuk membuat manusia bertahan hidup, tapi perkataan yang keluar dari mulut Allah (firman rhema) adalah roti yang menghidupkan, memulihkan, memperbarui dan membuat hidup kita berbuah. Inilah rangkaian karya keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai Juruselamat di seluruh aspek hidup kita.

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (Yohanes 1:4).

Keselamatan di dalam Kristus tidak hanya tentang pengampunan dosa dan dikaruniai hidup kekal, tetapi juga mencakup aspek kehidupan :
Secara fisik – tubuh kita sehat dan bebas dari penderitaan dan penyakit (Yoh. 5:14).

Secara finansial – tidak kekurangan, seluruh kebutuhan dasar dipenuhi (mis. pakaian, makanan dan tempat tinggal).

Secara mental – diberikan damai sejahtera, tidak takut dan kuatir tentang apapun juga, ada sukacita.

Secara spiritual – dipindahkan dari gelap kepada terang Tuhan yang ajaib. Dibebaskan dari cengkraman kuasa kegelapan. (1 Pet 2:9).

Hidup dalam berkat – apa yang kita kerjakan, dibuat Tuhan berhasil.

Roh Kudus adalah utusan Bapa yang akan mengajar segala sesuatu dan menyatakan kepada kita firman yang berasal dari Allah. IA akan mengarahkan kita untuk bertindak sesuai firman tersebut. Jika kita mengikuti tuntunanNya, maka hidup kita akan berjalan dalam terang dan menghasilkan buah-buah kebenaran.

Orang yang mengikuti firman rhema akan berhasil dalam hidupnya karena setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah tidak akan pernah kembali dengan sia-sia. Keberhasilan dan keberuntungan yang sejati hanya terjadi jika kita menjadi pelaku firman.

demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. (Yesaya 55:11).

Firman yang dihidupkan oleh Roh Kudus memberi pewahyuan secara pribadi yang membawa kepada transformasi hidup/keselamatan jiwa.

Allah menghendaki bukan saja kita diselamatkan dari kebinasaan kekal, tapi juga hidup dalam karya keselamatan Tuhan Yesus. IA adalah Firman yang telah menjadi manusia, perkataanNya adalah roh dan hidup (Yoh. 6:63) – yang memberikan kita hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Kuduskanlah Kristus di dalam hati kita sebagai Tuhan. Berikan hati dan jiwa kita untuk diselamatkan dari hal-hal yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.

Tetaplah kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, dengan cara hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.

“….Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan mulut orang mengaku dan diselamatkan…” (Roma 10: 8, 10)

Latest posts: